Rabu, 29 Agustus 2012

Hukum Kemalasan Newton dan Kita

13461946231831574784
Ilustrasi/ Admin (shutterstock)
Benda yang diam akan berkecenderungan untuk tetap diam, dan benda yang bergerak akan berkecenderungan untuk tetap bergerak jika tidak ada gaya yang mempengaruhinya
*Hukum-Kelembaman, Newton


Penulis amatiran seperti saya ini sering kehilangan mood untuk menulis. Tidak sedikit tulisan pada akhirnya tak jadi saya selesaikan hanya karena merasa inspirasi telah menguap entah kemana. Atau mungkin menggagas suatu konsep, tetapi oleh karena sesuatu hal, saya menundanya. Atau bisa jadi merasa belum matang untuk menuliskan konsep tersebut, dan pada akhirnya tidak dituliskan sama sekali.
Kemudian saya menangkap suatu irama. Ketika saya mencoba konsisten untuk menulis, dengan sendirinya hasrat untuk tetap menulis itu datang. Dan, ketika suatu saat saya agak malas atau menunda untuk menuangkan ide ke dalam tulisan, sering sekali pada akhirnya saya tidak menuliskan apa-apa. Penundaan dapat menjadi sesuatu yang buruk. Dia bak perampok ide dalam menulis.
Orang yang tidak menulis akan berkecenderungan untuk tetap tidak menulis jika tidak ada motivasi dari luar dan kemudian dari dalam dirinya supaya menulis. Butuh pemantik untuk menyalakan api. Motif atau penggerak itu bisa datang dari dalam diri sendiri oleh karena sangat senang membaca.
Bacaan dan penulis favoritnya menjadi modelnya. Setelah tulis-menulis menjadi kesukaan, pada akhirnya ia menjadi suatu kesukaan. Dan penulis amatiran itu pun menjadi penulis professional dengan kekhasan gaya menulisnya.
Bukan hanya dalam Tulis-menulis
Tentu saja ‘hukum kemalasan’ ini tidak hanya berlaku dalam tulis-menulis. Tetapi berlaku untuk hampir semua kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Kita yang tidur selama delapan jam per hari, berkecenderungan untuk selalu tidur selama delapan jam. (Tapi sebaiknya kebiasaan ini dirubah. Tidur selama delapan jam perhari kebanyakan. Tidur selama delapan jam perhari berarti sepertiga waktu dalam sehari digunakan hanya untuk tidur. Kalaulah kita berumur tujuh puluh lima tahun selama hidup di dunia, berarti, waktu yang kita gunakan untuk tidur selama dua puluh lima tahun!).
Saya teringat dengan guru sejarah kami ketika SMA dulu. Pak guru ini sangatlah latah bilang, “iya”. Sebentar-sebentar memberikan penjelasan, kata “iya” selalu mengekor di akhir kalimatnya. Saya dengan teman semeja saya dengan nakalnya menghitung dengan menggunakan turus berapa kali si guru bilang “iya” alih-alih mendengar penjelasan yang membosankan dan terus saja membosankan. (Sebenarnya sejak dulu pun saya suka mata pelajaran sejarah. Tapi saya lebih suka mempelajarinya sendiri daripada mendengar penjelasan guru ini). Dalam waktu beberapa menit saja, turus kami sudah belasan kali.
Kisah lainnya. Salah seorang rekan guru saya di SMP adalah perokok. Kesempatan merokok selalu guru fisika ini rindukan. Beberapa kali mencoba berhenti. Dan selalu saja gagal. Berhenti selama seminggu, kemudian kembali lagi. Lalu kembali membuat komitmen untuk berhenti merokok, berhasil, tapi untuk hanya dua minggu. Berubah itu sulit. Apalagilah kebiasaan itu sudah bertahun-tahun.
Duduk di bangku sekolah dasar dan menengah, saya tidak begitu rajin membaca. Gemar membaca baru tumbuh kembang ketika duduk di bangku kuliah. Dan sekarang, membaca itu menjadi suatu kebutuhan.
Perubahan
Kebiasaan berkecenderungan untuk selalu dilakukan. Ada sesuatu yang kurang kalau tidak dilakukan. Kita nyaman dengan yang kita miliki. Ini jugalah yang membuat kita takut dengan perubahan — sekalipun perubahan ke arah yang lebih baik. Ada kecenderungan untuk tetap dalam kondisi tidak berubah. Tampaknya kita menyukai status quo — mempertahankannya. Inilah hukum kemalasan.
Perubahan kecil yang dilakukan dengan konsisten perlahan akan menjadi perubahan besar. Yang utama, komitmen untuk berubah. Masa depan adalah suatu perjalanan. Dan perubahan adalah bagian dari perjalanan itu. Dimikian kutipan dari salah satu buku yang pernah saya baca.
Watak
Tampaknya jauh lebih sulit untuk berubah ke arah yang lebih baik daripada ke arah yang lebih buruk. Demikian susah membangun akhlak mulia daripada ‘hina’. Betapapun tidak pernah ‘dididik’ orang tuanya untuk berbohong, anak kecil sudah tahu bagaimana berbohong. Ketika dengan tak sengaja si kecil memecahkan guci antik dengan permainan bolanya, dan rasa takut mulai menekan akalnya, naluri untuk berdusta langsung saja terbersit. Tidak adanya saksi mata akan dimanfaatkan untuk mencari dalih.
Barangkali tepatlah bahwa tabiat dasar, natur kita, bukanlah makhluk yang suci, melainkan perpaduan (tidak sempurna) antara baik dan jahat.
Berbeda dengan mesin, kecenderungan atau kebiasaan kita akan terakumulasi dan berbunga. Apabila ‘iklim lingkungan’ mendukung, maka kebiasaan baik (atau buruk) akan menyemburkan bunganya sampai berlipat ganda. Itulah sebabnya, struktur yangmemberikan banyak celah untuk korup, akan menjadi ladang subur bagi koruptor. Kelas teri akan demikian cepatnya tumbuh-kembang menjadi kelas kakap.
Pilihan-pilihan kecil sehari-hari untuk menjadi pribadi yang lebih baik akan demikian berpengaruh di masa depan.

RUSTAM E. SIMAMORA

Musim Durian, Mencari Cinta dan Jati Diri Batak

 EDIE SACHS

Selama musim durian, itu adalah masa yang tepat berkunjung ke Negeri Batak. Jika dihitung dengan usia, ini adalah tahun kesepuluh bagi saya meninggalkan keluarga di “Pegunungan Mistis” itu dan mencari pengalaman ke luar “negeri” dalam mengisi hari dan hatiku.

Saya masih yakin bahwa selera “gaya hidup” saya untuk musik dan makanan lahir dari sana, termasuk juga seperti cinta untuk ubi, durian, dan tentunya pemandangan yang dramatis terdiri dari deretan pegunungan berkabut yang terjal mencolok yang berakhir di danau biru mengejutkan. Jika kita ingin mendapatkan kesan dan pengalaman mistis, saya berpendapat bahwa saya bahkan juga tertarik pada praktek meditasi dari duduk bersila (tidak pada kaki, pikiran Anda, tapi di atasnya) dengan aroma jeruk purut dan kemenyan.

Doc.Riyanthi Sitorus
Doc.Riyanthi Sianturi
Begitulah…

Bagaimana kita menjadi siapa kita? Bagaimana tempat, estetika, sebuah geografi spiritual, merasuk ke diri kita?
Sangat mudah untuk menyendiri dengan Danau Toba dan membayangkannya sebelum tahun 1900-an (Sebelum Elio Modligiani/Italia mengumumkan pada dunia tentang kebenaran adanya danau terluas di atas gunung), terutama melalui mata nostalgia 10 tahun yang melihat semua itu dari kejauhan: dari sebuah rumah modern terlindung dari jalan oleh dinding, dari sensasi di mana kita berenang, mengambil pelajaran Bahasa asing, dan menonton film-film Hollywood.

Keluargaku yang ada disana sekarang, dalam situasi yang jauh lebih modern, dan mungkin akan memberi anda pandangan berbeda tentang Batak yang perkasa dimana Kerajaan Minang, Aceh dan Samudera Pasai bahkan Belanda tidak mampu mengambil tempat itu dengan beragam kejadian politik di pesisir/pantai.
Saya putra Bangsa Batak dan diri saya ingin menjadi Batak yang tak tersentuh karena “danau berkabut” yang eksotis.
Sekarang, sebelum tuduhan Primordialisme meluncur tepat ke arah saya (saya menduga demikian, walaupun jelas ini adalah subyektif tapi ini selalu tentang diri kita sendiri), biarkan saya mengungkapkan kecintaan saya, bahkan jika tampaknya tidak masuk akal atau membosankan dan kampungan yang udik konvensional.

Pandangan kita berjalan menyusuri waktu, mencampur dan memisahkan kuno dan modern, pedesaan dan perkotaan, lapisan waktu dan tempat dalam kehidupan sehari-hari kita
Pohon raja buah dengan buahnya bernama ; Durian  Photo:Farm1
Pohon raja buah dengan buahnya bernama ; Durian Photo:Farm1
Terkadang, kita menemukan diri kita setelah menahan emosi cintadengan cara seseorang mencium kening putrinya atau berbalik melawan mereka karena selera mereka memilih pria” sementara  kita tidak bisa mengabaikan betapa kayanya kita dalam arti mungkin/jika/seandainya.“
Saya sudah bergumul dengan hasrat dan cerita saya“ seperti Andy Noya dalam “Kick Andy” di sebuah stasitu tv swasta, dan dari pengalaman formatif dan masa kecil saya di Pegungungan Bukit Barisan.

Hal ini sebagian murni: sukacita estetika dalam ornamen, kelaparan akan kebenaran untuk meluruskan sejarah sebuah negara yang tidak akan ceroboh mengutip catatan penjajah, dan membuat tanda-tanda yang  terlihat dari masa lalu.

Tapi cerita ini juga sangat rumit, karena saya ingin bayangkan- Bangsa Batak dan  gunung mistisnya  -bukan khayalan sementara  Masa hidup saya, untuk dibungkus di bagian terindah Indonesia adalah diri pribadi saya sendiri.

Berkunjung atau pulang ke Tanah Batak bukan sekedar mencari bagian jiwa dan cinta yang tertinggal tapi jati diri ditengah Musim Durian.


=SachsTM=

http://filsafat.kompasiana.com/2012/08/29/musim-durian-mencari-cinta-dan-jati-diri-batak/ 

Minggu, 12 Agustus 2012

@CiputraWay: Inilah Perbedaan Tipis Orang Sukses dan Gagal

Ukuran sukses itu apa..? apakah dari banyaknya harta? apakah dari banyaknya relasi? apakah dari menterengnya jabatan..?

saya katakan iya bisa jadi. Jika saja dengan banyaknya harta itu dia bisa berbuat untuk lebih baik, bisa jadi dengan relasi yang banyak itu dia bisa menyebarkan kebaikan sebanyaknya-banyaknya tidak hanya untuk dirinya dan keluarganya sendiri tapi juga untuk orang lain.

Sukses memang selalu identik dengan kaya, namun tidak hanya berhenti di kekayaan saja. Kaya yang bisa memanfaatkan untuk mengayakan orang lain. Orang kaya yang merasa masih kurang dan haus akan harta belum disebut sebagai orang sukses, orang kaya yang punya harta melimpah tujuh turunan, tapi dia tidak bisa tidur dengan tenang karena memikirkan assetnya, hartanya, tabungannya aman atau tidak, berarti dia belum disebut orang yang sukses.

Orang miskin selalu melihat orang kaya sebagai orang sukses, melihat mobil mewah, rumah megah, kekayaan melimpah, pasti orang miskin akan mengatakan lihatlah orang itu telah sukses dalam hidupnya. Namun orang kaya akan berbalik, melihat orang miskin yang bahagia meski hanya makan dengan ikan asin, sayur seadanya, namun bisa bercanda dengan istri dan anaknya serta mensyukuri nikmat Tuhan, maka si kaya akan berkata lihatlah orang miskin itu, mereka bahagia meski tidak punya harta benda, tidak seperti aku… jadi sebenarnya perbedaan sudut pandang inilah yang menyebabkan jurang pemisah. Yang bisa menjadi jawabannya adalah tanyakanlah pada hati kita masing-masing.

Bisa jadi kita adalah orang miskin yang sukses, atau orang kaya yang sejatinya adalah miskin. Orang kaya adalah orang yang tidak lagi merasa ingin memiliki sesuatu dalam hidupnya.

Hari ini jika anda merasa gagal, tidak ada alasan bagi anda untuk mencari-cari alasan. Belajarlah mensyukuri atas semua nikmat yang telah hari ini anda dapatkan. (*DI)



Sumber :

http://t.co/CpwRSbjd

Jumat, 10 Agustus 2012

Hakteknas, Kebangkitan atau Keterpurukan?


BANDUNG, KOMPAS.com — 10 Agustus 1995, pesawat buatan Indonesia N-250 terbang pertama kalinya. Momen tersebut kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas).

Jumat (10/8/2012) ini adalah tepat 17 momen itu berlalu. Momen ini dirayakan di Bandung dalam serangkaian acara, mulai dari RITech Expo di Sasana Budaya Ganesha, Triple Helix Conference, dan upacara di Gedung Sate hari ini.

Dalam paparannya di konferensi pers seusai upacara hari ini, insinyur dan mantan Presiden BJ Habibie mengajak Indonesia untuk merenungi apakah Indonesia kali ini merayakan kebangkitan atau keterpurukan dalam teknologi nasional.

Habibie menguraikan, 17 tahun lalu, generasi penerus bangsa tidak hanya menghadiahkan pesawat N250 kepada Indonesia. Mereka juga menghadiahkan kapal untuk 500 penumpang dan kereta api cepat.

"Hadiah HUT Kemerdekaan ke-67, apa yang dapat kita persembahkan pada Hari Kebangkitan Nasional, 17 tahun setelah prestasi membanggakan itu. Bagaimana industri strategis yang telah menghasilkan produk andalan yang membanggakan 17 tahun lalu itu?" kata Habibie.

Habibie menjelaskan, pembuatan produk-produk tersebut telah dihentikan pembinaannya. PT Dirgantara Indonesia yang dulu memiliki 16.000 karyawan, misalnya, kini hanya tinggal punya 3.000 karyawan yang akan pensiun dalam 3-4 tahun ke depan. Tak ada kaderisasi.

Badan Pengelola Industri Strategis yang memiliki turn over 10 milliar dollar AS dan 48.000 karyawan dibubarkan. Industri pesawat terbang, kereta api, mesin, elektronik, dan komunikasi tak lagi mendapat perhatian.

"Keppres No 1 Tahun 1980 tentang ketentuan penggunaan produk pesawat buatan dalam negeri dihapus dan PT DI tidak lagi didukung secara finansial maupun kebijakan industri pendukung lainnya," jelas Habibie.

Habibie menambahkan, biaya pengembangan pesawat dan SDM dihitung sebagai utang. PT DI tak lagi menitikberatkan pada rancang bangun pesawat. PT DI tak mampu melakukan regenerasi sehingga kredibilitas sebagai produsen pesawat terancam.

Pada saat yang sama, urai Habibie, Indonesia hanya menjadi konsumen teknologi. Pertumbuhan penumpang pesawat meningkat, tetapi industri pembuatan pesawat yang bisa memenuhi kebutuhan dihentikan.

Padahal, kata Habibie, dalam tiap industri strategis yang dilakukan, terkandung jam kerja yang mampu memberikan lapangan kerja, memeratakan pembangunan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan.

"Kita harus pandai memproduksi barang apa saja yang dibutuhkan di pasar nasional dan memberi insentif kepada siapa saja yang memproduksi di dalam negeri, menyediakan jam kerja, dan akhirnya lapangan kerja," tutur Habibie.

Saat ini, Indonesia lebih banyak menyediakan sumber daya alam untuk diolah negara lain. Saat akhirnya produk olahan dibeli di Indonesia lagi, sebenarnya Indonesia sedang membeli jam kerja negara lain. Dan, itu merupakan penjajahan.

Dalam kesempatan Hakteknas kali ini, Habibie punya tiga rekomendasi. "Rebut kembali jam kerja! Wujudkan kembali karya nyata yang pernah kita miliki untuk pembangunan peradaban Indonesia! Bangkitlah, sadarlah atas kemampuanmu!"
Editor :
A. Wisnubrata



Hakteknas.Kebangkitan.atau.Keterpurukan

Minggu, 05 Agustus 2012

Cara Merawat Kaos dan Jersey

bagaimana cara merawat kaos, disini bisa dilihat beberapa tips dari beberapa sumber,
Penting untuk anda ketahui :

1. Usahakan untuk tidak merendam kaos lebih dari 1 jam karena endapan deterjen di sela – sela serat kaos akan memudarkan warna asli kaosnya.
2. Jangan menyikat terlalu keras saat mencuci kaos, PERHATIKAN HAL INI !!! karena hal tersebut dapat merusak pola serat kaos, jika anda mengucek atau memeras juga terlalu keras, ini akan mengakibatkan kain kaos melar, terutama pada bagian leher.
3. Jemur kaos dalam posisi terbalik atau usahakan kaos di balik/ gambar kaos di bagian dalam. karena sinar matahari dapat mengakibatkan warna kaos memudar.
4. Jangan digantung pake hanger pada penyimpanan, leher kaos molor / melar.
5. Jangan gunakan pemutih, pemutih pakaian mengandung zat kimia yang sangat kuat, yang bisa melunturkan warna dan menyebabkan kaos jadi cepat tipis dan kasar. untuk itu hindari memakai pemutih
6. Disarankan untuk mencuci kaos secara manual, kenapa??? karena mesin cuci bisa bikin kaos jadi melar dan pori-pori kasar. Hal ini dikarenakan saat berputar kaos akan menerima beban dan gesekan dengan pakaian lain
7. Selalu setrika kaos setelah dicuci dan dijemur dan pastikan kaos disetrika pada keadaan kering

Untuk merawat Jersey perhatikan tips berikut:
1. Taburkan deterjen pada setengah ember ukuran sedang
2. Aduk air dalam ember tersebut sampai berbusa (air dingin, jangan air panas)
3. Masukan jersey kedalam ember
4. Rendam selama -+ 2-3 menit (warning : jangan terlalu lama)
5. Jersey dicuci dengan cara diangkat dan dicelupin berulang2, jangan sampai dikucek!
6. Setelah itu masukan jersey ke dalam ember yang diisi air bersih
7. Angkat dan celupkan secara berulang2 sampai deterjen hilang
8. Jangan sekali-kali memeras dengan cara diplintir, cukup diangkat dan biarkan air turun dengan sendirinya
9. Jemur jersey dengan menggunakan gantungan dan jangan sampai terkena sinar matahari langsung.
10. Berhati-hatilah dalam menyetrika (kalo ane sih ga pake disetrika gan ), jika ingin disetrika gunakan setrika uap

semoga dapat membantu agan-agan sekalian


By :www.bianconeristore.com

5 Jurus Amankan THR

Tunjangan Hari Raya atau THR sudah pasti menjadi hal paling ditunggu-tunggu karyawan setiap tahun. Angkanya bisa satu bulan gaji. Bisa lebih. Bisa juga tak sampai satu bulan gaji. Yang pasti, berapapun jumlahnya, karyawan tetap jamak berkomentar: kurang. 

Banyak karyawan mengeluh bahwa THR yang masuk ke rekening langsung habis untuk kebutuhan hari raya. Mulai dari biaya mudik, membeli baju baju, membeli aneka sajian nikmat, hingga biaya open house dan angpau. 

Tingkat konsumsi menjelang hari raya memang cenderung melonjak. Membuat mereka merasa sulit ketika harus menyisihkan uang tambahan itu untuk tabungan. Beberapa bahkan harus terjebak beban utang selepas hari raya. 

Agar THR tidak langsung ludes, lakukan beberapa strategi jitu untuk mengamankan kondisi keuangan Anda.

· Buat anggaran belanja 
Susun anggaran belanja jauh-jauh hari. Buat skala prioritas untuk mencegah belanja kompulsif barang-barang yang tidak perlu. Fokus dengan pengeluaran wajib, seperti memberi tunjangan orang-orang yang bekerja di rumah Anda, membayar zakat, dan membeli makanan. Letakkan baju baru dan produk tersier lainnya di urutan terakhir. 

· Tidak terjebak tradisi
Jangan terjebak tradisi bahwa Lebaran harus dengan baju baru. Jangan pula memaksakan diri untuk menggelar open house memberi 'angpau' jika Anda tak memiliki cukup dana. Intinya, sesuaikan aktivitas dengan kondisi keuangan. 

· Coba buat sendiri 
Anda mungkin bisa dengan mudah memesan sajian nikmat untuk hari raya. Praktis memang. Namun, jika Anda tak memiliki cukup dana, coba memasak sendiri dengan resep-resep makanan yang harga bahannya terjangkau. Biar lebih seru, ajak keluarga dan kerabat untuk memasak bersama atau saling bertukar menu. 

· Tabung sebagian
Jika memungkinkan, sisihkan sekitar 10 persen THR untuk ditabung. Makin besar porsi untuk ditabung, makin baik. Jika ingin membeli barang, cobalah memilih produk yang memiliki nilai investasi, misalnya emas. Gunakan kesempatan ini untuk menabung lebih banyak daripada biasanya.

· Sisihkan untuk melunasi utang
Anda bisa memanfaatkan sebagian uang THR untuk melunasi utang. Mungkin, Anda akan merasa THR lenyap begitu saja tanpa Anda membeli apa pun. Tapi, setelah Idul Fitri usai, Anda akan bisa merasakan betapa ringannya hidup tanpa utang.

Menghidupkan tradisi sah-sah saja. Namun, tak lantas membuat Anda harus boros dan menghambur-hamburkan uang. Ingat, Ramadan mengajarkan untuk mengendalikan nafsu dan keinginan. (umi)

Ramadhan 1433 H

Tidak berasa sudah dipertengahan bulan Ramadhan, dan ini menjadi ramadhan ketiga saya menjalaninya dikota Lahat, Sumatera Selatan. Suasana yang sedikit berbeda dari tahun ketahun, teman silih berganti tapi tetap kental persaudaraannya. Lingkungan sekitar mess saat ini mulai tumbuh pesat, kalau diingat 2 tahun yang lalu, susah banget untuk nyari menu bukaan di kota ini. Masyarakat yang dominan masak sendiri membuat jarangnya yang membuka warung dadakan. Tapi ditahun ini benar mulai tumbuh warung dadakan walau masih kurang fariatif. Rata - rata penjual menyajikan menu bukaan yang sama. Setidaknya saya menjadi saksi perubahan-perubahan dari kota ini. Ingat sekali masa ramadhan pertama saya disini, tinggal dicamp yang terletak di Desa Kebur, yang jarak nya sekitar 30 menit dari kota lahat. Saat-saat berpuasa disana bener-bener  tidak dapat memilih menu bukaan, apa yang disajikan kantin terpaksa harus dilahap. Terkadang menu nya cocok, terkadang juga tidak. berusaha mencari menu bukaan diluar area camp, tapi emang kenyataan tidak ada yang menjual menu bukaan. Melihat iklan ditv suasana mudik naik angkutan darat jadi ingin mencoba, dan memutuskan mudik dari Lahat menuju Pekanbaru dengan menggunakan BUS lintas Sumatera. Ya sekalinya mencoba mudik dengan menggunakan Bus, langsung ditelantarkan di salah satu pool bus di daerah Jambi. Saat itu dengan idealis seorang pekerja, dan masih melekatnya jiwa mahasiswa. mencoba meminta pertanggungjawaban pihak bus atas menelantarkan penumpang. Dan hasilnya sangat baik dari respon mereka, saya dapat melanjutkan perjalanan dengan bus yang hanya berpenumpang 2 orang. 

Pada Ramadhan kedua saya disini, ya saya telah pindah ke mess yang terletak dikota. yang saat ini pun saya masih tinggal disini. Suasana lebih rame disini saat-saat berbuka, bisa mencari bukaan walaupun masih sedikit sekali yang menjual. Tapi setidaknya hari-hari puasa dikota lebih banyak dipandang dibanding saat di camp. Site kerja juga hanya 10 menit dari kota, tepatnya di Desa Tanjung Telang. Saat mudik juga masih mencoba menggunakan angkutan darat, tapi ini menjadi kesalahan juga. Puasa yang dipertahankan jadi pecah dalam 2 hari perjalanan.  Ya sudah lah sampai ramadhan tahun pun belum terbayarkan. Gawat dah! Hutang lagi hutang lagi,,, insaAllah bisa terbayarkan, aamiin. Nah tahun ini pun punya cita rasa tersendiri, mulai dari suasana ramai yang ngumpul buat berbuka dimess, sampai satu persatu mudik Dan semakin sepi.. Tapi walupun mulai sepi tetep menu andalan hadir setiap berbuka, beberapa jenis gorengan, Es sirup dan Es buah, Alhamdulillah masih bisa dinikmati walau sederhana. Sebentar lagi sampai pada hari mudik tahun ini, rencananya gak naik bus lagi, walu harus transit dijakarta tak apalah, sekalian nikmati suasana mudik dibandara yang dipastikan bakal penuh banget. Sampai bertemu keluarga dipekanbaru, Dan tetap jaga mata, jaga hati jaga body ngejalanin puasanya..

Saatnya mengucapkan Minal Aidin Walfa Izin, Mohon Maaf Lahir Batin.. Happy Idul Fitri 1433 H!!!