Selasa, 22 Mei 2012

CATATAN Serie A Italia: Tak Akan Ada Alessandro Del Piero Lainnya

Sebuah Scudetto telah menjadi kado perpisahan terindah yang diberikan Alessandro Del Piero kepada Juventus.

Ia adalah sosok sejati yang pernah dimiliki Juventus. Siapa yang tak mengenal namanya; Alessandro Del Piero! Ketika Giampiero Boniperti menggelontorkan lima miliar lira untuk menghargai kepindahan dari Padova pada 1993, jalan menapak Del Piero untuk menjadi pemain berkelas dunia telah dimulainya. 

Sepanjang karirnya, Del Piero telah menunjukkan sosoknya sebagai pemain berkelas. Terlebih bagi klub berjuluk Si Nyonya Tua yang telah dibelanya selama 19 tahun. Selama rentang waktu itu, ia telah tampil dalam 705 laga dengan sumbangan 290 gol.

Pada penampilan pamungkas saat melawan Napoli di final Coppa Italia pekan lalu, Del Piero memang tidak memberikan gelar bagi klubnya. Tetapi usahanya mengantarkan Scudetto, rasanya cukup memberi tanda bahwa pemain berusia 37 tahun ini selalu berupaya memberikan yang terbaik.

Jadi tak berlebih jika kemudian menasbihkan sosok Del Piero ini sebagai pemain sang pemenang hingga akhir karirnya bersama Juve. Maklum saja sejak awal karir, ia memang tak pernah lepas dengan taburan gelar. Ia pernah menjadi bagian dalam skuad Primavera untuk mengangkat gelar liga. Begitu juga dengan gelar berikutnya ketika memboyong trophy Viareggio Cup.

Pencapaian itu kemudian melapangkan jalannya untuk masuk ke dalam tim utama Juve. Debut aksi Del Piero di depan publik Turin ditandainya dengan mencetak gol lewat tendangan setengah voli kaki kiri ketika melawan Reggiana. 

Pada musim perdananya, Del Piero memberikan sumbangan lima gol, termasuk di dalamnya sebuah hat-trick saat melawan Parma. Kegemilangan namanya ternyata tak perlu menunggu lama. Pada musim kompetisi 1994/95, ia telah menjadi pemain reguler. Tercatat, 50 laga dilakoninya dari seluruh kompetisi saat Bianconeri mengoleksi Scudetto ke-23.

Penampilan ciamik bersama Juve akhirnya membawa berkah kepada Del Piero untuk mengenakan kostum tim nasional Italia. Ia menjadi bagian dalam laga kualifikasi Euro 1996 melawan Estonia di Salerno. Di usianya yang baru 20 tahun, ia telah menyusun masa depannya yang cerah lewat sumbangan sejumlah gol di kemudian hari.

Pada 1995, menjadi momen yang tak akan terlupakan. Pada masa itulah kostum keramat dengan nomor punggung 10 itu resmi dikenakannya. Nomor itulah yang terus dipakainya hingga penghujung karirnya.
Prestasi terus berlanjut dalam karir Del Piero. Pada 1996, ia berhasil merebut gelar bergengsi Liga Champions usai menang adu penalti melawan Ajax. Masih di tahun yang sama, ia juga mencetak gol yang akan terus dikenang saat mengalahkan River Plate 1-0 di ajang Intercotinental Cup.

Penampilan yang menonjol dari Del Piero itu dipuji oleh legenda sepakbola Argentina Diego Maradona. Meski bermain bersama sejumlah pemain hebat, menurut Maradona, Del Piero tetap bisa tampil menonjol.

"Dia itu berbeda dengan Zinedine Zidane. Dia itu sangat ingin bermain, jiwanya menyatu. Jika harus memilih antarah dia [Del Piero] dan pemain Prancis [Zidane], tentunya saya akan memilih dia [Del Piero]," kata Maradona dalam sebuah kesempatan. 


Begitu karirnya tengah menanjak pesat dan menjadi pemain paling menakutkan di seluruh dunia, masalah cedera tak bisa ia tampik kehadirannya. Laga melawan Udinese pada November 1998 telah menandai cedera sang bintang. Saat itu ada anggapan jika karir Del Piero telah tamat akibat cedera yang membekap lutut kirinya.

Tetapi ia mampu bangkit dengan memulihkan lagi kebugarannya. Pada musim panas berikutnya, ia pun meneken kontrak baru untuk masa lima tahun. Lalu pada 2001, ban kapten resmi dikenakannya. Di bawah kepemimpinannya itu, Del Piero sukses membawa Juve meraih gelar Serie A Italia serta memenangkan Liga Champions dengan mengalahkan Milan melalui adu tos-tosan.

Gelar berikutnya lagi datang pada 2005 dan 2006. Pada saat itu Del Piero mencetak sejumlah gol penting. Sebuah gol kemenangan melawan Inter Milan, satu lagi saat melawan Udinese dan sebuah gol imbang yang dibuat ketika melawan Fiorentina, akhirnya membawa Juve merebut gelar liga ke-29.

Namun skandal Calciopoli sempat menorehkan catatan lain dalam karirnya. Tapi ia tetap setia membela Juve yang terdegradasi ke Serie B Italia. Sekali lagi, totalitasnya yang tinggi akhirnya membawa Bianconeri kembali ke kasta tertinggi sepakbola Italia, Serie A. Di kompetisi itu, Del Piero juga menorehkan dirinya sebagai pencetak gol terbanyak.

Kepiawaiannya di lapangan itu ternyata terus memberi berkah kepada Juve. Bahkan hingga usianya mendekati 34 tahun, ia masih tetap bisa memperlihatkan performa terbaiknya dengan mengalahkan Real Madrid 2-1 di Turin pada ajang Liga Champions.  


 bianconeri 1897

Dan pada Oktober tahun lalu, presiden Andrea Agnelli telah mengumumkan kalau musim 2011 akan menjadi penampilan terakhir Del Piero sebagai pemain Bianconeri. Apa yang diucapkan sang presiden klub ternyata terbukti benar adanya.

Pekan lalu, semua itu ditunjukkan oleh Del Piero. Sebagai perpisahannya, ia pun membacakan surat kepada fans Juventus. Dalam suratnya ia berkata,"Saya bahagia dengan senyumanmu, sorai-sorai, tangis, nyanyian maupun teriakannya untuk saya."

"Rasanya tak ada warna yang akan lebih cerah buat saya kecuali hanya hitam-putih ini. Anda telah membuat impian saya menjadi nyata. Lebih dari segalanya dan hari ini saatnya saya untuk mengucapkan terima kasih," ucapnya dalam suasana sarat emosi.

Kini, semua pemujamu akan terus merindukanmu, Del Piero. Akankah ada lagi pelanjutmu di kemudian hari? Rasanya hanya waktu yang akan bisa menjawabnya. Selamat jalan sang legenda. Terima kasih selalu dihaturkan kepadamu!
 

goal.com

Senin, 14 Mei 2012

Salam Perpisahan Del Piero untuk Bianconeri

detikcom - Turin, Selesai sudah perjalanan Alessandro Del Piero bersama Juventus di Liga Italia Seri A. Di laga terakhirnya di Seri A, Del Piero memberikan salam perpisahan untuk 'Si Nyonya Tua'.

Di Juventus Stadium, Minggu (13/5/2012) malam WIB, Del Piero memainkan laga terakhirnya di Seri A dengan melawan Atalanta. Antonio Conte menurunkannya sejak menit pertama. Sang allenatore seperti ingin memberi penghormatan untuk kapten Bianconeri itu.

Seperti ingin memberi 'hadiah' perpisahan, Del Piero mencetak gol kedua Juve di laga itu. Gol itu sekaligus menjadi gol ke-289 Del Piero selama berseragam Juve serta gol ke-188 yang ia cetak di Seri A.

Setelah bermain selama 57 menit, Del Piero kemudian ditarik keluar dan digantikan oleh Simone Pepe. Satu per satu pemain Juve memeluknya saat ia berjalan keluar lapangan. Seisi stadion juga memberi standing ovation kala Del Piero berjalan menuju pinggir lapangan.

Usai ditarik keluar, Del Piero berjalan mengelilingi Juventus Stadium. Ia ingin memberi salam perpisahan bagi seluruh Juventini yang hadir di sana. Ia juga memungut syal yang dilemparkan dari tribun kepadanya. Beberapa penonton tampak menyeka air mata. Setelah 10 menit berkeliling, air mata akhirnya muncul di mata Del Piero.

Usai laga yang dimenangi Juve dengan skor 3-1 itu, seremoni penyerahan trofi Seri A digelar. Del Piero diberi kehormatan untuk mengangkat trofi itu pertama kali.

"Ini adalah momen yang luar biasa. Ikatanku dengan fans melebihi apapun dan aku ingin berterima kasih pada mereka. Hari ini aku bahagia dan bangga. Ini adalah hari yang luar biasa," sahut Del Piero seperti dikutip Football Italia.

"Tentu ada kesedihan, tapi ini adalah momen untuk diabadikan karena aku merayakannya bersaman fans di lapangan dan aku tidak bisa meminta lebih banyak. Aku sangat bangga," imbuh pemain berjuluk Il Pinturicchio itu.

Conte tak bisa menyembunyikan rasa bangganya pada pemain berusia 37 tahun itu. Baginya, Del Piero adalah sejarah bagi 'Si Nyonya Tua'. Conte pun hanya bisa mengucap terima kasih untuk pemain yang sudah membela Juve sejak tahun 1993 itu.

"Aku terharu oleh Del Piero, karena dia mewakili sesuatu yang tidak bisa dihapuskan. Dia adalah sejarah Juventus. Saya hanya bisa berterima kasih padanya," tutur Conte.

Rabu, 09 Mei 2012

Juventus Party

Andrea Agnelli: Mimpi Juventus Jadi Kenyataan

Presiden Juventus, Andrea Agnelli puas dengan kerja punggawa Juventus. Meraih Scudetto Serie A Italia 2011/12 adalah mimpi pertama yang menjadi kenyataan.

Baginya keberhasilan Bianconeri ini adalah sebuah kebanggaan. Dia senang karena akhirnya orang-orang di Juventus sudah kembali. Mereka memang layak mendapatkan Scudetto ini setelah bekerja keras sejak awal musim. Agnelli pun turut berpesta merayakan kesuksesan ini seusai The Old Lady menang 2-0 atas Cagliari di Trieste.
"Scudetto adalah mimpi pertama kami yang menjadi nyata. Untuk saya ini adalah sebuah kebanggan dan saya senang sekali karena menemukan kembali orang-orang Juventus," ujarnya dilansir Football Italia.

"Ini juga menjadi tujuan pertama saya ketika saya ditetapkan menjadi presiden klub dua tahun lalu. Ini telah menjadi pengalaman yang sulit dan kompleks dalam suatu perjalanan berliku-liku," lanjutnya.

Bagi Agnelli sepak bola tak ubahnya seperti sebuah bisnis. Yang membuat Anda berhasil atau tidak adalah orang-orang di dalamnya. Jika Anda salah memilih pemain maka hasilnya akan buruk. Namun ketika pilihan Anda tepat maka hasilnya akan maksimal seperti apa yang Bianconeri dapatkan sekarang. Itu adalah proses yang panjang.

"Ketika saya tiba dua tahun lalu, saya menemukan sebuah situasi yang sulit dalam hal klub dan tim. Saya harus memilih orang yang tepat agar klub kembali ke identitasnya. Kami mencoba untuk membenahi segala sesuatunya. Kami beruntung karena allenatore Antonio Conte tahu cara memperbaiki situasi ini. Dia dengan penuh keyakinan merubah segalanya hingga akhirnya kami mendapatkan ini," tegasnya.

www.goal.com

Champion D'Italia 2011/2012