Sebuah Scudetto telah menjadi kado perpisahan terindah yang diberikan Alessandro Del Piero kepada Juventus.
Ia adalah sosok sejati yang pernah dimiliki Juventus. Siapa yang tak mengenal namanya; Alessandro Del Piero! Ketika Giampiero Boniperti menggelontorkan lima miliar lira untuk menghargai kepindahan dari Padova pada 1993, jalan menapak Del Piero untuk menjadi pemain berkelas dunia telah dimulainya.
Sepanjang karirnya, Del Piero telah menunjukkan sosoknya sebagai pemain berkelas. Terlebih bagi klub berjuluk Si Nyonya Tua yang telah dibelanya selama 19 tahun. Selama rentang waktu itu, ia telah tampil dalam 705 laga dengan sumbangan 290 gol.
Pada
penampilan pamungkas saat melawan Napoli di final Coppa Italia pekan
lalu, Del Piero memang tidak memberikan gelar bagi klubnya. Tetapi
usahanya mengantarkan Scudetto, rasanya cukup memberi tanda bahwa pemain
berusia 37 tahun ini selalu berupaya memberikan yang terbaik.
Jadi tak berlebih jika kemudian menasbihkan sosok Del Piero ini sebagai pemain sang pemenang hingga akhir karirnya bersama Juve. Maklum saja sejak awal karir, ia memang tak pernah lepas dengan taburan gelar. Ia pernah menjadi bagian dalam skuad Primavera untuk mengangkat gelar liga. Begitu juga dengan gelar berikutnya ketika memboyong trophy Viareggio Cup.
Pencapaian itu kemudian melapangkan jalannya untuk masuk ke dalam tim utama Juve. Debut aksi Del Piero di depan publik Turin ditandainya dengan mencetak gol lewat tendangan setengah voli kaki kiri ketika melawan Reggiana.
Jadi tak berlebih jika kemudian menasbihkan sosok Del Piero ini sebagai pemain sang pemenang hingga akhir karirnya bersama Juve. Maklum saja sejak awal karir, ia memang tak pernah lepas dengan taburan gelar. Ia pernah menjadi bagian dalam skuad Primavera untuk mengangkat gelar liga. Begitu juga dengan gelar berikutnya ketika memboyong trophy Viareggio Cup.
Pencapaian itu kemudian melapangkan jalannya untuk masuk ke dalam tim utama Juve. Debut aksi Del Piero di depan publik Turin ditandainya dengan mencetak gol lewat tendangan setengah voli kaki kiri ketika melawan Reggiana.
Pada musim perdananya, Del Piero memberikan
sumbangan lima gol, termasuk di dalamnya sebuah hat-trick saat melawan
Parma. Kegemilangan namanya ternyata tak perlu menunggu lama. Pada musim
kompetisi 1994/95, ia telah menjadi pemain reguler. Tercatat, 50 laga
dilakoninya dari seluruh kompetisi saat Bianconeri mengoleksi Scudetto ke-23.
Penampilan ciamik bersama Juve akhirnya membawa berkah kepada Del Piero untuk mengenakan kostum tim nasional Italia. Ia menjadi bagian dalam laga kualifikasi Euro 1996 melawan Estonia di Salerno. Di usianya yang baru 20 tahun, ia telah menyusun masa depannya yang cerah lewat sumbangan sejumlah gol di kemudian hari.
Pada 1995, menjadi momen yang tak akan terlupakan. Pada masa itulah kostum keramat dengan nomor punggung 10 itu resmi dikenakannya. Nomor itulah yang terus dipakainya hingga penghujung karirnya.
Prestasi terus berlanjut dalam karir Del Piero. Pada 1996, ia berhasil merebut gelar bergengsi Liga Champions usai menang adu penalti melawan Ajax. Masih di tahun yang sama, ia juga mencetak gol yang akan terus dikenang saat mengalahkan River Plate 1-0 di ajang Intercotinental Cup.
Penampilan yang menonjol dari Del Piero itu dipuji oleh legenda sepakbola Argentina Diego Maradona. Meski bermain bersama sejumlah pemain hebat, menurut Maradona, Del Piero tetap bisa tampil menonjol.
"Dia itu berbeda dengan Zinedine Zidane. Dia itu sangat ingin bermain, jiwanya menyatu. Jika harus memilih antarah dia [Del Piero] dan pemain Prancis [Zidane], tentunya saya akan memilih dia [Del Piero]," kata Maradona dalam sebuah kesempatan.
Penampilan ciamik bersama Juve akhirnya membawa berkah kepada Del Piero untuk mengenakan kostum tim nasional Italia. Ia menjadi bagian dalam laga kualifikasi Euro 1996 melawan Estonia di Salerno. Di usianya yang baru 20 tahun, ia telah menyusun masa depannya yang cerah lewat sumbangan sejumlah gol di kemudian hari.
Pada 1995, menjadi momen yang tak akan terlupakan. Pada masa itulah kostum keramat dengan nomor punggung 10 itu resmi dikenakannya. Nomor itulah yang terus dipakainya hingga penghujung karirnya.
Prestasi terus berlanjut dalam karir Del Piero. Pada 1996, ia berhasil merebut gelar bergengsi Liga Champions usai menang adu penalti melawan Ajax. Masih di tahun yang sama, ia juga mencetak gol yang akan terus dikenang saat mengalahkan River Plate 1-0 di ajang Intercotinental Cup.
Penampilan yang menonjol dari Del Piero itu dipuji oleh legenda sepakbola Argentina Diego Maradona. Meski bermain bersama sejumlah pemain hebat, menurut Maradona, Del Piero tetap bisa tampil menonjol.
"Dia itu berbeda dengan Zinedine Zidane. Dia itu sangat ingin bermain, jiwanya menyatu. Jika harus memilih antarah dia [Del Piero] dan pemain Prancis [Zidane], tentunya saya akan memilih dia [Del Piero]," kata Maradona dalam sebuah kesempatan.
Begitu karirnya tengah menanjak pesat dan
menjadi pemain paling menakutkan di seluruh dunia, masalah cedera tak
bisa ia tampik kehadirannya. Laga melawan Udinese pada November 1998
telah menandai cedera sang bintang. Saat itu ada anggapan jika karir Del
Piero telah tamat akibat cedera yang membekap lutut kirinya.
Tetapi ia mampu bangkit dengan memulihkan lagi kebugarannya. Pada musim panas berikutnya, ia pun meneken kontrak baru untuk masa lima tahun. Lalu pada 2001, ban kapten resmi dikenakannya. Di bawah kepemimpinannya itu, Del Piero sukses membawa Juve meraih gelar Serie A Italia serta memenangkan Liga Champions dengan mengalahkan Milan melalui adu tos-tosan.
Gelar berikutnya lagi datang pada 2005 dan 2006. Pada saat itu Del Piero mencetak sejumlah gol penting. Sebuah gol kemenangan melawan Inter Milan, satu lagi saat melawan Udinese dan sebuah gol imbang yang dibuat ketika melawan Fiorentina, akhirnya membawa Juve merebut gelar liga ke-29.
Namun skandal Calciopoli sempat menorehkan catatan lain dalam karirnya. Tapi ia tetap setia membela Juve yang terdegradasi ke Serie B Italia. Sekali lagi, totalitasnya yang tinggi akhirnya membawa Bianconeri kembali ke kasta tertinggi sepakbola Italia, Serie A. Di kompetisi itu, Del Piero juga menorehkan dirinya sebagai pencetak gol terbanyak.
Kepiawaiannya di lapangan itu ternyata terus memberi berkah kepada Juve. Bahkan hingga usianya mendekati 34 tahun, ia masih tetap bisa memperlihatkan performa terbaiknya dengan mengalahkan Real Madrid 2-1 di Turin pada ajang Liga Champions.
Tetapi ia mampu bangkit dengan memulihkan lagi kebugarannya. Pada musim panas berikutnya, ia pun meneken kontrak baru untuk masa lima tahun. Lalu pada 2001, ban kapten resmi dikenakannya. Di bawah kepemimpinannya itu, Del Piero sukses membawa Juve meraih gelar Serie A Italia serta memenangkan Liga Champions dengan mengalahkan Milan melalui adu tos-tosan.
Gelar berikutnya lagi datang pada 2005 dan 2006. Pada saat itu Del Piero mencetak sejumlah gol penting. Sebuah gol kemenangan melawan Inter Milan, satu lagi saat melawan Udinese dan sebuah gol imbang yang dibuat ketika melawan Fiorentina, akhirnya membawa Juve merebut gelar liga ke-29.
Namun skandal Calciopoli sempat menorehkan catatan lain dalam karirnya. Tapi ia tetap setia membela Juve yang terdegradasi ke Serie B Italia. Sekali lagi, totalitasnya yang tinggi akhirnya membawa Bianconeri kembali ke kasta tertinggi sepakbola Italia, Serie A. Di kompetisi itu, Del Piero juga menorehkan dirinya sebagai pencetak gol terbanyak.
Kepiawaiannya di lapangan itu ternyata terus memberi berkah kepada Juve. Bahkan hingga usianya mendekati 34 tahun, ia masih tetap bisa memperlihatkan performa terbaiknya dengan mengalahkan Real Madrid 2-1 di Turin pada ajang Liga Champions.
bianconeri 1897
Dan pada Oktober tahun lalu, presiden Andrea Agnelli telah mengumumkan kalau musim 2011 akan menjadi penampilan terakhir Del Piero sebagai pemain Bianconeri. Apa yang diucapkan sang presiden klub ternyata terbukti benar adanya.
Pekan lalu, semua itu ditunjukkan oleh Del Piero. Sebagai perpisahannya, ia pun membacakan surat kepada fans Juventus. Dalam suratnya ia berkata,"Saya bahagia dengan senyumanmu, sorai-sorai, tangis, nyanyian maupun teriakannya untuk saya."
"Rasanya tak ada warna yang akan lebih cerah buat saya kecuali hanya hitam-putih ini. Anda telah membuat impian saya menjadi nyata. Lebih dari segalanya dan hari ini saatnya saya untuk mengucapkan terima kasih," ucapnya dalam suasana sarat emosi.
Kini, semua pemujamu akan terus merindukanmu, Del Piero. Akankah ada lagi pelanjutmu di kemudian hari? Rasanya hanya waktu yang akan bisa menjawabnya. Selamat jalan sang legenda. Terima kasih selalu dihaturkan kepadamu!
goal.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar