Rabu, 09 November 2011

Menuju Kesalehan Melalui Kemandirian

Oleh: Nur Efendi

CEO Rumah Zakat

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sore itu sebuah mobil mewah memasuki pelataran sebuah masjid, tak lama kemudian turun sang pemilik mobil dan bergabung dalam jamaah shalat magrib. Tak lama kemudian juga masuk seorang kakek berjalan kaki dengan pakaian bersahaja memasuki masjid dan turut serta dalam shalat berjamaan magrib. Tak jauh dari masjid tadi terdapat sebuah persimpangan, nampak seorang ibu paruh baya dengan balita digendongan, menghampiri setiap kendaraan yang berhenti sambil berharap sebuah kebaikan dari pemilik ataupun penumpang mobil dan tentunya sang ibu tadi akan melewatkan waktu shalat magrib, meninggalkan salah satu kewajiban dasar bagi seorang muslim.

Sobat zakat yang dimuliakan oleh Allah, sebaris cerita di atas adalah sebagian kecil dari sebuah cerita besar tentang umat Islam Indonesia. Besar secara angka namun kecil dalam penguasaan ekonomi. Artinya mayoritas umat Islam secara ekonomi masih sangat tertinggal. Mari kita lihat di persimpangan jalanan kota besar, siapakah mereka? ibu-ibu
dan anak-anak yang menjadi pengemis, pengamen, pedagang asongan dan mereka adalah saudara kita, umat Islam. Persimpangan hanya bagian kecil dari ruang kehidupan umat Islam. Jika kita mencoba mencari diruang-ruang yang lain, maka kita akan temukan lebih banyak lagi saudara-saudara kita yang hidup dalam belantara hitam kemiskinan.

“Kemiskinan akan mendekatkan kepada kekufuran”, maka memandirikan saudara kita adalah sebuah kewajiban. Di bawah payung program senyum mandiri, Rumah Zakat berkomitment untuk menghadirkan senyum-senyum kemandirian dari para mustahik di seluruh Indonesia. Tentunya senyum kemandirian ini tidak akan berhasil tanpa sebuah sinergi dari semua pihak, yaitu donatur dan Rumah Zakat.

Kemandirian mustahik yang kita cita-citakan adalah kemandirian yang diikuti dengan kesolehan pribadi. Tidak sebatas membantu dengan keterampilan dan modal usaha, namun kita bekali dengan pemahaman keislaman yang kuat. Agar kelak, cita-cita besar kita yaitu saat kemandirian telah mengantarkan kepada sebuah kemakmuran, maka kemakmuran itu akan terbingkai oleh sebuah keshalihan.

Jangka pendeknya adalah bagaimana melalui payung program senyum mandiri kita bisa memberikan sebuah ruang ketenangan bagi para mustahik dalam beribadah. Tenang beribadah karena usaha mereka maju, tenang beribadah karena mereka tidak kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya.

Mari bersama merangkai senyum indonesia, menciptakan senyum kemandirian dan menghadirkan ruang-ruang ketenangan menuju keshalihan melalui kemandirian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar