Kamis, 29 Desember 2011

Kisah Penyelamatan 16 ABK RI di Antartika

Foto :maritime-connector.com (kompas)
Jum'at, 16 Desember 2011, 10:12 WIB

VIVAnews
- Kabar tak menyenangkan datang dari Rusia. Kapal penangkap ikan milik negara tersebut, Sparta terjebak di tengah bongkahan es besar di dekat perairan Antartika, benua es.


Kapal tak bisa bergerak setelah lambungnya robek. "Lambung kapal yang berada di bawah permukaan air berlubang," kata juru bicara Russian Agency for Fisheries, Alexander Savelyev, seperti dimuat situs RIA Novosti, Jumat 16 Desember 2011. "Kapten kapal telah mengeluarkan panggilan darurat."

Ada 32 pelaut yang berada di atas kapal, termasuk 16 warga negara Indonesia dan satu peneliti ilmiah dari Ukraina. Posisi terakhir kapal, terdampar di tenggara Laut Ross. Sisanya, sebanyak 15 orang, adalah warga Rusia.

Savelyev menambahkan, ada sebuah kapal penangkap ikan Norwegia yang berada 20 mil laut dari Sparta. Kapal itu berusaha menghampiri setelah menerima panggilan bahaya itu. Namun, gagal mendekat, terhalang gumpalan es besar yang mengapung.

Sementara, seperti dimuat situs New Kerala, kapal sepanjang 55 meter itu mengeluarkan panggilan darurat sekitar pukul 03.00 waktu Selandia Baru.

Koordinator tim SAR dari Rescue Coordination Center New Zealand (RCCNZ), Ramon Davis mengatakan, kapal tersebut dipenuhi air hingga miring 13 derajat. Para kru sedang berusaha memompa air ke luar dan membuang muatan mereka ke tengah perairan yang dipenuhi bongkahan es.

Davis menambahkan, beberapa kru telah diturunkan dari kapal sebagai langkah pencegahan -- mengantisipasi kapal tenggelam -- namun mereka semua diyakini selamat. Belum ada korban jiwa. RCCNZ telah mengontak beberapa kapal yang berada di sekitarnya, namun gerak mereka terhalang es.

"Saudara" Sparta, kapal Chiyo Maru telah bergerak menuju lokasi kejadian untuk menyelamatkan kru, namun jaraknya masih jauh, sekitar 537 kilometer. Yang juga disayangkan, kapal tersebut tak punya kemampuan untuk melaju di tengah es. Sementara, kapal yang mampu mengatasi es, San Aspiring -- milik Selandia Baru -- berjarak 870 kilometer dari kapal nahas itu. Butuh setidaknya empat sampai lima hari untuk mencapai lokasi.

Sementara, tak ada helikopter yang mampu diturunkan untuk melakukan penyelamatan. Sejauh ini, tim SAR baru berencana menerbangkan pesawat Hercules di atas kapal, Jumat sore, untuk mendata kondisi es, namun tak bisa melakukan aksi penyelamatan.

"Kami sedang berusaha mencari cara penyelamatan secepat mungkin, namun, nampaknya para kru kemungkinan harus menunggu agak lama," kata Davis. "Kami telah memastikan para kru memiliki pakaian pelindung dan sumber daya lain untuk bertahan -- jika mereka terpaksa meninggalkan kapal. (umi)

Selasa, 20 Desember 2011, 14:19 WIB

VIVAnews -- Kementerian Luar Negeri mengungkap kondisi terakhir 16 pelaut Indonesia yang saat ini masih terjebak di Antartika, setelah kapal berbendera yang mereka tumpangi, Sparta, tak bisa melaju karena es merobek lambungnya, Jumat 16 Desember 2011 lalu.

"Enam belas anak buah kapal (ABK) dalam keadaan sehat, kondisi mereka baik-baik saja, logistik dalam kapal tidak masalah untuk beberapa hari ke depan," kata juru bicara Kemenlu, Michael Tene, Selasa 20 Desember 2011.

Tene menambahkan, saat ini kapal pembawa bantuan, berupa pompa air dan bahan makanan sedang menuju ke lokasi. "Butuh tiga hari menuju ke sana," tambah dia.

Sementara, seperti dilaporkan situs berita Selandia Baru, NZ Newswire, pesawat Hercules dari satuan Royal New Zealand Air Force akan menurunkan bantuan pompa, bahan bakar, dan bahan penambal ke Kapal Sparta yang lambungnya robek dan terdampar di tengah bongkahan es.

Hercules akan bertolak dari Christchurch pada Rabu pagi -- menempuh perjalanan tujuh jam ke Laut Ross, sekitar 3700 km tenggara Selandia Baru, di mana kapal 48 meter, dengan 32 awak di atas kapal terdampar.

Saat ini, para kru telah melempar jangkar ke bongkahan es terdekat, untuk menstabilkan kapal. Sementara, dua pompa terus mengosongkan air dari lambung kapal yang robek sepanjang 30 cm, di kedalaman 1,5 meter di bawah permukaan air.

"Para kru saat ini berada di posisi aman di atas kapal, namun kapal masih tetap dalam posisi berbahaya, dan tidak mampu bergerak sampai lubang benar-benar ditutup," kata koordinator tim penyelamat Selandia Baru, Kevin Banaghan.

Akhir pekan lalu, sebuah Hercules telah menurunkan pompa ke kapal. Sementara dua kapal lain yang berada relatif dekat dengan Sparta tak bisa mendekat. Terhalang es.

Kapal pemecah es milik Selatan Korea pemecah es, Araon juga telah diberangkatkan dari Selandia Baru, minggu lalu. Saat ini posisinya berada sekitar 1.600 mil laut, masih butuh enam hari lagi menuju kapal nahas.

Rabu, 21 Desember 2011, 16:13 WIB

VIVAnews - Sebanyak 16 warga negara Indonesia yang juga Anak Buah Kapal (ABK) milik perusahaan penangkap ikan dari Rusia bernama Sparta dilaporkan selamat. Mereka terdampar di dekat perairan Antartika, benua es.

"Keadaannya selamat dan KBRI (Kedutaan Besar RI) sudah memberikan bantuan, KBRI yang terdekat itu Selandia baru," kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Istana Negara, Jakarta, Rabu 21 Desember 2011.

Menurut Marty, Kedutaan Besar RI di Selandia Baru sudah memastikan 16 orang awak kapal yang juga warga Indonesia itu dalam kondisi baik dan selamat. Keberadaan awak yang terdampar di Tenggara laut Ross itu dalam kondisi sehat.

"Jadi sudah masuk dalam fase memastikan kondisinya baik," ujarnya. "Sudah diketahui keberadaannya."

Di dalam kapal itu terdapat 32 pelaut, termasuk 16 warga negara Indonesia dan satu peneliti ilmiah dari Ukraina. Posisi terakhir kapal, terdampar di Tenggara Laut Ross. Sisanya, sebanyak 15 orang, adalah warga Rusia.

Kapal berbendera Rusia itu mengirimkan panggilan darurat dari dekat kawasan es Antartika sekitar pukul 03.00 waktu setempat (21.00 WIB), Kamis pekan lalu. Lokasinya sekitar 2.000 mil laut (3.704 kilometer) di sebelah Tenggara Selandia Baru.

Koordinator tim SAR dari Rescue Coordination Center New Zealand (RCCNZ), Ramon Davis mengatakan, kapal tersebut dipenuhi air hingga miring 13 derajat. Para kru sudah memompa air ke luar dan membuang muatan mereka ke tengah perairan yang dipenuhi bongkahan es. (eh)

Kamis, 29 Desember 2011, 05:27 WIB

VIVAnews -- Dua minggu terjebak di tengah Antartika, kapal ikan berbendera Rusia, akhirnya berhasil lolos. Sparta, namanya, terdampar sekitar 3.700 kilometer tenggara Selandia Baru, setelah es merobek lambungnya dan terancam tenggelam.

Kapal sepanjang 48 meter yang membawa 32 kru, termasuk 16 anak buah kapal dari Indonesia, akan kembali berlayar, dipandu kapal pemecah es dari Korea Selatan, Araon.

Araon bertugas membawa Sparta, menempuh jarak 3.700 kilometer ke pelabuhan terdekat di Selandia Baru, Lyttelton. Di sana, air laut akan dipompa dari tubuh Sparta sekaligus dilakukan perbaikan bersifat permanen.

"Kapal Araon akan mendampingi Sparta, ia bertugas memecah es agar kedua kapal bisa melaju," kata Tracy Brickles dari pusat koordinasi penyelamatan Selandia Baru (RCC), seperti dimuat Daily Mail, Rabu 28 Desember 2011.

Sparta menabrak es bawah laut pada 16 Desember 2011 lalu. Bongkahan es yang berada di Laut Ross menghalangi kapal-kapal lain mendekat dan memberi pertolongan. Selama 10 hari, para kru kapal dipaksa untuk memompa ke luar air laut yang nyaris membeku, menjaga kapal tetap terapung sambil menanti pertolongan.

Hari-hari pertama sungguh berat bagi para awak. Kapal lain tak mungkin datang, sementara pesawat Hercules yang terbang di atasnya tak bisa digunakan untuk menyelamatkan mereka.

Sembari menunggu pertolongan, para awak kapal melemparkan kargo ke laut untuk meringankan beban kapal. Beberapa awak kapal terlihat menaiki sekoci. Kala itu, muncul kekhawatiran, para ABK harus menggunakan pakaian darurat yang didesain menjaga mereka tetap hidup, dalam perairan super dingin.

Padahal, "lokasi di mana mereka berada sangat terpencil, lingkungan yang ganas," kata Andrew Wright dari Conservation of Antarctic Marine Living Resources. Untungnya, belum sempat rencana nekat itu dilakukan, Araon berhasil mendekati Sparta pada Senin 26 Desember 2011.

Koordinator tim SAR, Mike Roberts mengatakan, kru Sparta mentransfer bahan bakarnya ke Arao. Para kru tak berani mengelas bagian lubang dengan pertimbangan keamanan. Mereka sebenarnya telah mecoba memperbaiki Sparta dengan cara memasang pelat dobel di atas lubang, namun gagal. Akhirnya mereka menggunakan kotak beton untuk menutup lubang sampai perbaikan bisa dilakukan.

Sebelumnya, militer Selandia Baru menjatuhkan pompa dan mesin agar para kru bisa menjaga kapal tak tenggelam.

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar